Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selamat Datang di Dunia Maya Melalui situs MasterWeb Dedev

Kamis, 29 Januari 2009

TRADISI RUSUH DI SEPAKBOLA DAN POLITIK


Kata sebagian orang, politik itu jahat. Politik itu ajang perebutan kekuasaan dengan menghalalkan segala cara apapun. Politik itu juga tak ubahnya seperti pemilihan calon bintang selebritis. Selain itu, politik juga seperti kejuaraan sepakbola, ada wasit ( KPU ) supporter ( pendukung ), manajer/pelatih ( Tim Sukses ), serta klub ( Partai politik ) dan tentu harus siap menerima setiap kekalahan. Kalah-menang biasa, itu istilah dalam sepakbola.

Betul MEMANG.....
Setelah sekian lama saya mengikuti perkembangan (kalo tidak bisa dikatakan penurunan) dunia politik dalam ranah pemerintahan, baik PEMDA, PEMKOT dan tahun depan disusul dengan pemerintah pusat ( Trias Politika ), ada kiranya mungkin kita perlu melihat sepak terjang para wakil rakyat yang haus akan kekuasaan seperti halnya tim sepakbola yang memperebutkan piala dan hausnya dracula akan darah.

Tampuk pemerintahan, baik PEMDA, PEMKOT maupun setingkat DPR/MPR menjadi tujuan akhir para wakil rakyat. Untuk mencapai itu semua, para calon wakil rakyat harus sikut kanan-sikut kiri untuk beradu jotos dalam kejuaraan ” Leaders CUP ”, tanpa melihat siapa yang menjadi lawan-lawannya, yang penting dia menjadi pemenang. Yang jelas, dalam kejuaraan ini, siapapun yang terlibat di dalamnya, harus siap menerima kemenangan dan kekalahan.

Jika kita mereview dua tahun ke belakang (2007-2008), dapat kita saksikan berbagai ajang kejuaraan memperebutkan kekuasaan, baik di tingkat Kab/Kota dan provinsi yang berujung dengan konflik. Padahal sebelumnya, betapa gegap gempitanya para calon selebritis dalam menyambut kejuaraan tersebut. Dengan bermodalkan uang yang melimpah ruah, para calon selebritis menghambur-hamburkan uang dalam rangka mengkampanyekan kefiguran mereka. Para calon selebritis sering memakai paham gombalisme untuk manarik simpati calon pemilih ( pendukung ).

Pilkada Maluku Utara adalah salah-satu contoh kejuaraan ” Leaders Cup ” yang berujung dengan konflik berkepanjangan yang justru membuat rakyat menderita. Kontestan yang tidak siap menerima kekalahan mencoba mempengaruhi keputusan KPU. Dan tentu masih banyak kejuaraan-kejuaraan ini yang berujung dengan konflik (Kerusuhan ).

So, marilah kita tunggu ajang adu kontestasi para calon pemimpin indonesia ke depan lewat PEMILU 2009. Akankah para kontestan menggunakan akal sehat dan hati nurani mereka dalam mengkampanyekan visi-misi mereka. Bukan hanya gombalisme semata. Bravo Indonesia....!!!!!!

29/01/2009
Dedev Ruswanda
( Penggila Bola dan Pemerhati Politik )



Selengkapnya...

Jumat, 16 Januari 2009

Kenapa Kita Harus Peduli Palestina?

Sudah hampir tiga pekan lebih, Israel melakukan agresi ke Palestina. Dunia internasional pun tak berhenti mengeluarkan pernyataan mengecam atau pun mendukung tindakan Israel, korban setiap harinya semakin bertambah. Tidak hanya orang dewasa, namun juga anak-anak. Bantuan, dukungan dari berbagai pihak pun mengalir ke Palestina, tidak ketinggalan masyarakat Indonesia.


Pernah terdengar sebuah pertanyaan, ngapain sih kita dukung Palestina? Apa siginifikansinya? Padahal kita bukan orang Palestina, apalagi kita juga lagi kesusahan. Papua baru saja terkena gempa, kondisi negara sendiri tidak stabil, sehingga mendukung atau pun tidak, pasti tidak berpengaruh pada kehidupan sehari-hari. Padahal, jika kita mengetahuinya, ternyata bangsa Indonesia berhutang dukungan untuk Palestina.

Dukungan untuk kemerdekaan Indonesia dimulai dari Palestina dan Mesir, seperti dikutip dari buku 'Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri' yang ditulis oleh Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia, M. Zein Hassan Lc. Buku ini diberi kata sambutan oleh Moh. Hatta (Proklamator dan Wakil Presiden pertama RI), M. Natsir (mantan Perdana Menteri RI), Adam Malik (Menteri Luar Negeri RI ketika buku ini diterbitkan), dan Jenderal (Besar) A.H. Nasution.

M. Zein Hassan Lc Lt sebagai pelaku sejarah, dalam bukunya pada hal. 40, menjelaskan tentang peran serta, opini dan dukungan nyata Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia, di saat negara-negara lain belum berani untuk memutuskan sikap.

Dukungan Palestina ini diwakili oleh Syekh Muhammad Amin Al-Husaini -mufti besar Palestina- secara terbuka mengenai kemerdekaan Indonesia : ''.., pada 6 September 1944, Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan 'ucapan selamat' mufti besar Palestina Amin Al-Husaini (beliau melarikan diri ke Jerman pada permulaan perang dunia kedua) kepada Alam Islami, bertepatan 'pengakuan Jepang' atas kemerdekaan Indonesia. Berita yang disiarkan radio tersebut dua hari berturut-turut, kami sebar-luaskan, bahkan harian Al-Ahram yang terkenal telitinya juga menyiarkan.'' Syekh Muhammad Amin Al-Husaini dalam kapasitasnya sebagai mufti Palestina juga berkenan menyambut kedatangan delegasi Panitia Pusat Kemerdekaan Indonesia, dan memberi dukungan penuh.

Bahkan dukungan ini telah dimulai setahun sebelum Sukarno-Hatta benar-benar memproklamirkan kemerdekaan RI. Tersebutlah seorang Palestina yang sangat bersimpati terhadap perjuangan Indonesia, Muhammad Ali Taher. Beliau adalah seorang saudagar kaya Palestina yang spontan menyerahkan seluruh uangnya di Bank Arabia tanpa meminta tanda bukti dan berkata:

''Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia ..'' Hal lain yang juga menjadi alasan kenapa kita harus mendukung Palestina adalah di Palestina terdapat wilayah penting bagi Umat Islam. Dan merupakan Tanah Suci ketiga, setelah Makkah dan Madinnah, yaitu Al Quds. Di sana juga ada Masjid Suci yang ketiga setelah Masjidil Harram (di Makkah) dan Masjid Nabawi (di Madinah), yaitu Masjid Al Aqsha, kiblat pertama Umat Islam.

Indonesia pernah mengalami hal yang sama seperti yang dirasakan oleh rakyat Gaza di Palestina. Peperangan dan diplomasi menjadi warna dalam bagian sejarah perjuangan bangsa Indonesia dan Palestina. Seharusnya kita jangan lupa terhadap apaapa yang pernah kita alami dahulu ketika awal kemerdekaan. Sejarah kembali berulang dengan lakon yang berbeda.

Posisi Indonesia sudah bukan negara yang dijajah seperti dahulu. Peranan Indonesia sebagai negara Muslim terbesar, sangat diharapkan oleh negara Palestina. Demonstrasi besar-besaran yang dilakukan seluruh masyarakat dunia, menunjukkan rasa solidaritas terhadap rakyat Palestina. Sesungguhnya, ada sebuah cita-cita rakyat Palestina yang harus kita dukung, yaitu sebuah kemerdekaan, seperti kemerdekaan yang diharapkan rakyat Indonesia.
Oleh : Erni Arie Susanti
(Staf Infokom Jakarta Islamic Centre, pada koran Republika edisi Jum'at,16/01/09)

Selengkapnya...

Menanti Runtuhnya Zionis Israel di Palestina

Aksi kebiadaban Israel atas Palestina pada akhir tahun 2008 sampai sekarang (awal 2009) menjadi episode terburuk yang dialami bangsa Palestina pada akhir tahun ini. Aksi Israel ini tidak bisa dibenarkan atas dalih apapaun. Bangsa Palestina yang sejak dulu dijajah, menjadi bulan-bulanan tank-tank dan roket Israel yang membumihanguskan sebagian wilayah Palestina. Dengan dalih membela diri atas serangan HAMAS, Israel seolah-olah menjadi korban. Padahal aksi HAMAS tidak lain dan tidak bukan merupakan sebagai bentuk pembelaan negara dan perlawanan untuk membebaskan bumi Palestina dari segala bentuk penjajahan.
Aksi kebrutalan Israel kali ini adalah bentuk penjajahan yang sangat tidak berprikemanusiaan. Setiap jam bahkan menit, korban-korban terus berjatuhan. Warga sipil, anak-anak, dan wanita pun menjadi korban kejahatan Israel ini. Sungguh ini merupakan aksi terorisme yang nyata. Kita harus melihat dengan mata terbuka.

Kecaman demi kecaman datang dari berbagai negara di belahan dunia. Tidak hanya dari negara timur-tengah, negara-negara Eropa pun mengecam aksi Israel ini. Demonstrasi besar-besaran dan aksi boikot yang dilakukan di berbagai negara tidak dihiraukan Israel. Israel tidak bergeming sedikitpun. Tapi, yang merasakan kekhawatiran itu justru negara-negara koloninya, seperti AS.

Selain itu, di saat Dewan Keamanan PBB sedang sibuk membahas gencatan senjata dengan mengeluarkan resolusi PBB untuk penghentian aksinya (Israel), mereka tetap membombardir seluruh kamp-kamp di Palestina tanpa berfikir dampak ke depannya. Bahkan setelah keluarnya resolusi itu pun, yang tadinya diharapkan bisa mengakhiri derita warga Palestina, tidak digubris. Mereka justru lebih trengginas lagi menyerang pemukiman warga. Sampai saat tulisan ini dikeluarkan, korban meninggal sudah mencapai 869 orang, dengan korban luka berat dan ringan yang mencapai ribuan orang.

Namun, disaat dunia begitu susah untuk menyelesaikan aksi Israel ini, sebenarnya masih ada harapan untuk menghentikan berbagai penderitaan warga Palestina. Salah-satu alternatif untuk menyelesaikan aksi Israel yang begitu congkak yaitu bersatunya negara-negara timur-tengah seperti Iran, Mesir, Afghanistan, Lebanon dll untuk mengakhiri aksi biadab ini. Selain itu, diperlukan juga adanya sikap kepedulian terhadap sesama Muslim dari setiap kelompok milisi Islam. Saya yakin, Al-Qaeda, Taliban dan Hizbullah tidak akan berdiam diri melihat penderitaan saudara-sudaranya di Palestina. Mereka harus membantu HAMAS untuk menyelesaikan kejahatan ini.


Jakarta, 17/01/2009
Dedev Ruswanda



Selengkapnya...

Sabtu, 10 Januari 2009

Berikut beberapa Photo saya dalam berbagai fose. Jika anda ingin melihatnya, silahkan klik


















Selengkapnya...

Kepompong

Bagi para peniokmat musik Indonesia, tentu anda tahu dong lagu-lagu yang sedang ngetop di kalangan remaja hari ini.Berikut ini adalah Video Klip lagu Kepompong dari Sindentosca, yang sedang digandrungi para penggemarnya. Ingin tahu klipnya, silakan klik.....


Selengkapnya...

Hijau Daun

Berikut ini adalah video klip lagu Suaraku bertahan dati Hijau Daun. Anda penasaran....!!!



Selengkapnya...

Kamis, 08 Januari 2009

Tahun Baru Masehi VS Tahun Baru Hijriyah

Sungguh fantastis. Mungkin ini yang pertama kali dapat saya ungkapkan ketika melihat jutaaan ummat manusia sekarang jika dihadapkan pada periode pergiliran tahun. Bergilirnya masa yang lalu menuju masa yang akan datang. Atau, bahasa familiarnya ”tahun baru”. Begitu meriah, mewah, megah dan begitu fantastis. Inilah mungkin klise dari sebuah fenomena alam yang sekarang menjangkiti seluruh ummat manusia di dunia. Tidak mengenal ras, suku, agama, etnis dll, para pemuja hedonisme terus menggelorakan semangat tahun baru yang penuh dengan kemudharatan. Padahal tahun baru seyogyanya harus menjadi sarana untuk proses introspeksi diri.

Tidak dinyana, segala bentuk seremonial tahun baru yang begitu menggema di mana-mana hanya kejadian sesaat. Hanya 10 sampai 30 menit mungkin pestafora menyambut tahun baru di berbagai belahan dunia dirayakan dengan penuh suka-cita. Muda-mudi, tua-tui, putera-puteri, merefleksikan tahun baru dengan penuh sukacita yang terkadang melewati ambang batas norma agama. Malam tahun baru, yang identik dengan pesta kembang api dan pestafora menjadi pesta yang ditunggu-tunggu ketika jarum jam menunjukkan pukul 00.00 WIB pada saat akhir tahun.

Bukan berarti saya anti tahun baruan. Bukan berarti pula saya benci pada mereka yang merayakan tahun baru. Namun, saya rasa ada semacam ketidakwajaran yang menghinggapi ummat Islam ketika dihadapkan pada yang namanya ”Tahun Baru”. Pada awal tahun 2009 (Masehi) ini, yang kebetulan berbarengan dengan tahun baru Islam (Hijriyah), para generasi muda dan tua Islam lebih menyibukkan diri untuk mengurus tahun baru masehi (yang notabene budaya Barat) daripada tahun baru Hijriyah. Acara pergantian tahun tidak ubahnya proses pensakralan yang begitu sayang untuk dilewatkan.

Terlepas dari itu semua, sebenarnya pada diri ini ada sedikit ketenangan ketika melihat sebagian ummat Islam, ternyata masih ada yang melaksanakan dan mengaktualisasikan tahun baru Hijriyah dengan penuh kemenangan, meskipun tidak terlalu wah dalam pelaksanaannya. Walaupun diadakan seadanya, ummat Islam di Indonesia begitu antusias dengan berbagai kegiatan positif yang dilaksanakan pada saat tahun baru Hijriyah tiba. Hal ini merupakan bentuk kebanggaan tersendiri. Memang seharusnya begitu.



Jakarta, 08/01/08
Dedev Ruswanda



Selengkapnya...